Rabu, 01 Februari 2017

This is Internet of Things :)



Haloo gais, berjumpa lagi nih ditulisan kecil saya, kali ini tema yang diangkat adalah IoT atau singkatan dari Internet of Things. Hmm apa sih sebenarnya IoT ini? Dan bagaimana implementasinyan dalam kehidupan kita sehari-hari? Yukklah cekidot…

Apa itu Internet Of Things (IoT) ?
Internet of things atau sering disebut IoT adalah sebuah gagasan dimana semua benda di dunia nyata dapat berkomunikasi satu dengan yang lain sebagai bagian dari satu kesatuan sistem terpadu menggunakan jaringan internet sebagai penghubung. Misalnya CCTV yang terpasang di sepanjang jalan dihubungkan dengan koneksi internet dan disatukan di rung kontrol yang jaraknya mungkin puluhan kilometer. atau sebuah rumah cerdas yang dapat dimanage lewat smartphone dengan bantuan koneksi internet. Pada dasarnya perangkat IoT terdiri dari sensor sebagai media pengumpul data, sambungan internet sebagai media komuniakasi dan server sebagai pengumpul informasi yang diterima sensor dan untuk analisa.
Gagasan IoT dikemukakan pertama oleh Ashton pada tahun 1999 , berikut kutipan pernyataan nya :
Pada bulan Juni 2009 Ashton berkomentar.
“Hari ini komputer dan manusia, hampir sepenuhnya tergantung pada Internet untuk segala informasi yang semua terdiri dari sekitar 50 petabyte (satu petabyte adalah 1.024 terabyte) data yang tersedia pada Internet dan pertama kali digagaskan dan diciptakan oleh manusia. Dari mulai mengetik, menekan tombol rekam, mengambil gambar digital atau memindai kode bar.
Diagram konvensional dari Internet meninggalkan router menjadi bagian terpenting dari semuanya. Masalahanya adalah orang memiliki waktu, perhatian dan akurasi terbatas. Mereka semua berarti tidak sangat baik dalam menangkap berbagai data tentang hal di dunia nyata. Dan itu adalah masalah besar.
Dari segi fisik dan begitu juga lingkungan kita. Gagasan dan informasi begitu penting, tetapi banyak lagi hal yang penting. Namun teknologi informasi saat ini sangat tergantung pada data yang berasal dari orang-orang sehingga komputer kita tahu lebih banyak tentang semua ide dari hal-hal tersebut.
Jika kita memiliki komputer yang begitu banyak tahu tentang semua hal itu. Menggunakan data yang berkumpul tanpa perlu bantuan dari kita. Kita dapat melacak dan menghitung segala sesuatu dan sangat mengurangi pemborosan, kerugian, dan biaya. Kita akan mengetahui kapan hal itu diperlukan untuk mengganti, memperbaiki atau mengingat, dan apakah mereka menjadi terbarui atau melewati yang terbaik disini sertan ya!.
Internet of Things memiliki potensi untuk mengubah dunia seperti pernah dilakukan oleh Internet, bahkan mungkin lebih baik. (Ashton,2009)[2]
Penelitian pada Internet of Things masih dalam tahap perkembangan. Oleh karena itu, tidak ada definisi standar dari Internet of Things.[1] Terdapat juga berbagai definisi yang dirumuskan oleh peneliti yang berbeda serta tercantum dalam survei.”

Prinsip Kerja
Dasar prinsip kerja perangkat IoT adalah, benda di dunia nyata diberikan identitas unik dan dapat dikali di sistem komputer  dan dapat di representasikan dalam bentuk data di sebuah sistem komputer.Pada awal-awal implementasi gagasan IoT pengenal yang digunakan agar benda dapat diidentifikasi dan dibaca  oleh komputer adalah dengan menggunakan kode batang (Barcode), Kode QR (QR Code) dan Identifikasi Frekuensi Radio (RFID). dalam perkermbangan nya sebuah benda dapat diberi pengenal berupa IP address dan menggunakan jaringan internet untuk bisa berkomunikasi dengan benda lain yang memiliki pengenal IP address.
Cara Kerja Internet of Things yaitu dengan memanfaatkan sebuah argumentasi pemrograman yang dimana tiap-tiap perintah argumennya itu menghasilkan sebuah interaksi antara sesama mesin yang terhubung secara otomatis tanpa campur tangan manusia dan dalam jarak berapa pun.Internetlah yang menjadi penghubung di antara kedua interaksi mesin tersebut, sementara manusia hanya bertugas sebagai pengatur dan pengawas bekerjanya alat tersebut secara langsung.

Perangkat IoT (Embeded device)
Barang apapun dapat dikatakan sebagai IoT Device jika telah terpasang IoT module /embeded device, IoT Module pada umumnya terdiri dari 4 komponen penting diantaranya :
1.      Sensor
Sensor berfungsi sebagai penerima/pengoleksi informasi tentang apa yang ingin dimonitor, misalnya sensor suhu untuk mendapatkan informasi suhu,kamera,microphone,dll
2.      CPU/komputer
Komputer di jaman ini tidak harus berbentuk laptop atau tower. khusus untuk membuat perangkat IoT ada perangkat komputer kecil atau sering disebut single board computer seperti raspberry pi aau arduino. perangkat komputer kecil inilah yang diprogram untuk mengolah informasi dari sensor yang tepasang dan menentukan tindakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari sensor.
CPU juga bertugas sebagai pengolah data yang nantinya akan dikirim ke perangkat lain untuk diolah.
3.      Sistem Operasi
Embeded device untuk perangkat IoT memerlukan sistem operasi khusus karena perangkat IoT berukuran kecil /portable dan memiliki spesifikasi yang minim. sistem operasi inilah yang menjadi nyawa dari perangkat /module/embeded device /perangkat IoT/Module IoT
4.      Jalur komunikasi
Setelah sensor mengoleksi informasi dan CPU mengolah dan menentukan tindakan berdasarkan informasi yang diterima maka perangkat IoT memerlukan jalur komunikasi untuk mengirim data yang telah diolah nya ke user atau bahkan ke server pusat. media komunikasi disini bisa berupa bluetooth,wifi , dan untuk mengirim informasi dari tempat yang jauh tanpa batasan rung dan waktu maka perangkat IoT akan menggunakan media Internet.
5.      Keluaran
Keluaran disini merupakan action dari program yang terpasang di CPU seperti mengirim informasi ke pusat server jika memenuhi kondisi tertentu, atau menggerakan motor ,menyalakan lampu,membunyikan alarm,menampilkan data di layar, dll

Implementasi Internet of Things dalam Berbagai Bidang

a.       Di Universitas
Rekayasa geoteknik di tingkat universitas pada saat ini berada di persimpangan antara tetap menggunakan jalur-jalur tradisional atau mencoba mengadopsi berbagai perkembangan teknologi di luar bidang ini. Di salah satu universitas negeri yaitu UI, penelitian tentang rekayasa geoteknik dikembangkan oleh Guru Besar Fakultas Teknik UI Prof. Widjojo Adi Prakoso. Ilmu geoteknik adalah ilmu tentang antarmuka (interface) peradaban manusia dan bumi tempat mereka berpijak.
Menurut Widjojo, rekayasa geoteknik biasanya digunakan untuk membangun ruang di daratan, lautan, ataupun di bawah bumi menggunakan sistem pondasi dan konstruksi. Dalam pidatonya Widjojo menyampaikan bahwa salah satu rangkaian teknologi yang berkembang dan memengaruhi rekayasa geoteknik beberapa tahun terakhir ini adalah rangkaian teknologi the Internet of Things (IoT).
IoT adalah sebuah konsep tentang barang (things) yang berkembang pada revolusi industri ke-4. Barang dalam konsep ini terhubung dengan internet dan barang lainnya via sambungan kabel maupun nirkabel, seperti satelit, jaringan seluler, WiFi, ataupun Bluetooth.“Terhubung” dalam artian terjadi pertukaran data dan terdapat manfaat dari pertukaran data tadi. Dalam kaitannya dengan rekayasa geoteknik, IoT memberikan tiga kapabilitas, yaitu location awarenessenhanced situational awareness, dan sensor-based decision analytics sehingga kegagalan dalam rekayasa dapat diturunkan.
Lebih lanjut Widjojo menyampaikan, contoh dari penerapan IoT ini adalah pencegahan bencana tanah longsor yang berbasis informasi crowdsourcing yang didukung oleh sensor-sensor elektronik yang terhubung dengan sistem deteksi dini. Sistem deteksi dini ini akhirnya akan memberikan peringatan kepada rangkaian transportasi di sekitar lokasi bencana serta dapat digunakan sebagai alat analisa data untuk mencegah bencana serupa di masa depan. Tantangan dan peluang dalam hubungan rekayasa geoteknik dan IoT dapat diterjemahkan dalam dua bidang, yaitu penelitian dan pendidikan. Di bidang penelitian, kata Widjojo, kesempatan untuk mengembangkan teknologi rekayasa geoteknik sangat besar di UI, sehingga bisa menempatkan para peneliti Indonesia pada posisi inovator. Namun, para peneliti harus segera didorong untuk dapat melakukan penelitian lintas ilmu, karena rekaya geoteknik menggunakan IoT mengharuskan adanya konektivitas antar ilmu dalam implementasi teknologinya.
Di bidang pendidikan, tantangan utama adalah bagaimana membangun strategi pembelajaran yang efektif yang sesuai dengan generasi kekinian yang akrab dengan dunia digital. Kemampuan berpikir para mahasiswa juga harus dibentuk agar terbuka dengan perkembangan antar ilmu dan tidak hanya berpusat pada ilmu perhitungan matematika semata. Jadi dapat dikatakan bahwa pilihan rekayasa geoteknik untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru seperti IoT banyak membawa ketidakpastian dan pekerjaan rumah dalam implementasinya.

b.       Di Dunia Medis
Studi kesehatan di Amerika Serikat menunjukkan, infeksi telinga telah membuat anak-anak lebih sering datang ke dokter dibandingkan keluhan penyakit lain. Dan sekitar 80 persen anak, setidaknya akan menderita infeksi telinga saat berusia tiga tahun. Bagaimana jika kemudian sebuah aplikasi di smartphone dapat menjadi “dokter” dari infeksi itu?
Sebuah aksesori bernama Oto Home kini dapat digunakan layaknya otoskop, alat yang digunakan dokter untuk melihat bagian dalam telinga pasien. Aksesori buatan CellScope ini dapat digunakan orang tua di rumah, dengan memasangnya di kamera iPhone. Setelah menangkap video keadaan di kanal telinga si anak, video dapat dikirim ke dokter lewat e-mail. Dengan biaya yang telah ditentukan, dokter kemudian mendiagnosa dan memberikan resep obat.

Kehadiran Oto Home menurut pembuatnya lebih kepada ide untuk menolong keluarga yang tinggal di daerah terpencil, sehingga cepat terhubung dengan dokter anak. “Kami ingin membawa dokter ke dalam rumah, disamping kemudahan transaksi perbankan yang sekarang dapat dilakukan di ponsel,” ujar salah satu pendiri dan CEP CellScope, Erik Douglas.
Lebih Praktikal
Perkembangan Internet of Things (IoT) jelas sudah menjalar ke segala bidang, tak terkecuali sektor kesehatan yang pada tahun ini akan semakin terlihat realisasinya. Jim Hunter, Chief Scientist dan Technology Evangelist dari Greenwave Systems menyatakan 2016 sebagai tahun transformasi dari IoT yang teknikal menjadi praktikal dan aplikatif. Oto Home tadi bisa dikatakan contoh kongkritnya.
Orang awam tentu sudah merasakan transformasi ini lewat berbagai produk wearable seperti Fitbit atau Apple Watch. Di ajang Consumer Electronic Show 2016 pada awal tahun ini, para produsen bahkan telah melangkah lebih lanjut dengan tidak hanya membuat fitness wearable dalam bentuk jam tangan. Sepatu olah raga Under Armour meluncurkan sneaker Gemini 2 yang telah dilengkapi sensor, sementara produsen pakaian OM menghadirkan pakaian dalam wanita dengan teknologi serupa.

Dari sebuah laporan yang diterbitkan ECRI Institute, kehadiran berbagai produk wearable, lewat teknik analisis data yang besar, terbukti efektif dalam prediksi awal fungsi saraf pasien untuk penyakit Parkinson, Alzheimer, demensia, cerebral palsy, manajemen pasca stroke otak, hingga serangan epilepsi. Beberapa wearable juga disebut memiliki kemampuan mendeteksi ketika pasien kemungkinan telah kejang, jatuh, atau tremor.
Pantau Jarak Jauh
Dari sisi tenaga medis, kehadiran wearables tentu amat menjanjikan karena dapat memantau pasien rawat jalan dari jarak jauh, maupun rawat inap dengan lebih nyaman, sekaligus dapat memberikan lebih banyak data untuk para dokter. Transparency Market Research pada akhir tahun lalu sudah memprediksi bahwa pada 2018, lebih dari lima juta wearable dan sensor kesehatan mobile akan digunakan untuk kepentingan kesehatan, sementara tren remote patient disebut akan menjadi sebuah revolusi cara penanganan pasien
Teknologi mengawasi pasien dari jarak jauh dapat menjadi metode penting untuk mengurangi biaya kesehatan dan mempertebal kemungkinan kesembuhan pasien. Contohnya, dokter yang menemukan perubahan pada tanda-tanda vital pada pasien penyakit jantung, dapat mengganti pengobatan sebelum masalah yang lebih serius datang, sehingga pada akhirnya mereduksi kebutuhan dan biaya ruang darurat. Dokter pun dapat melacak status kesehatan pasien di rumah, dan melakukan konsultasi lewat koneksi video call.

Walau perkembangan IoT di bidang kesehatan terus melangkah jauh, Jim Hunter mengingatkan beberapa kemungkinan tantangan yang harus diantisipasi semua unsur pengguna. Unsur privasi misalnya, akan menjadi masalah tersendiri. Jim memprediksi, terganggunya privasi pengguna wearable misalnya, kemungkinan terjadi karena berbagai kegagalan keamanan dari penyedia IoT. Akibatnya, yurisdiksi hukum akan mulai memberlakukan aturan yang lebih menguntungkan privasi konsumen, dengan membatasi perpindahan, analisis, hingga komersialisasi data kesehatan.
“Saya tidak akan terkejut bila di masa datang akan ada beberapa class action atau tindakan litigasi pidana dari pasien atau pihak lain yang bermula dari masalah ini,” ungkap Jim. Benar-tidaknya prediksi Jim, masa depan IoT di bidang kesehatan terlihat terang-benderang.

c.       Di Dunia HIburan
Internet of Things, tak bisa dipungkiri lagi telah menjadi daya tarik tersendiri bagi sejumlah sektor industri di luar sana. Tak hanya mereka yang berkutat dalam industri teknologi saja yang ingin mengimplementasinya dalam kehidupan nyata, tetapi juga fashion dan hiburan.
WME-IMG, misalnya, perusahaan entertainment yang berbasis di Amerika Serikat ini bahkan mengumumkan usaha patungannya dengan AGT Internasional untuk mengembangkan pengalaman fisik berbasis aplikasi untuk peserta dari banyak acara live yang mereka hasilkan.
“Internet of Things” digambarkan sebagai harmonisasi digital dari segala sesuatu yang disentuh, sebagai contoh sebuah perangkat yang mampu menyalakan oven saat pengguna sedang bekerja, membersihkan lantai si pengguna, mengunci pintu dari lokasi terpencil,  mengendarai kendaraan mereka dan banyak lagi. Kemitraan baru AGT ini akan menawarkan platform yang terhubung dengan konsumen pada sebelum, selama dan setelah acara berlangsung.
Dilansir dari Thewrap (23/10), sebuah tweet akan memberitahu pengguna seberapa cepat jantungnya berdenyut sebelum ia mulai memasuki arena konser. Data tersebut memungkinkan pihak penyelenggara untuk memberikan promosi dan hadiah sesuai keadaan yang ada.
Bukan hanya itu, para penghibur di panggung juga akan mengetahui kapan kiranya para penonton akan ke kamar mandi, dan kapan waktu yang tepat bagi mereka untuk beristirahat. “Perusahaan consumer dan hiburan telah mengumpulkan wawasan selama bertahun-tahun, tetapi sangat sedikit dari klien dan mitra kami memiliki akses ke analisis data yang memungkinkan mereka untuk bertindak tepat dalam memberikan konten yang relevan dan pengalaman yang lebih baik untuk penonton mereka,” ungkap Ariel Emanuel, Co-CEO WME-IMG.
Ia juga menambahkan bahwa kerjasama dengan AGT ini menandai pergeseran sebuah paradigma yang mengakui bahwa teknologi IoT dan ilmu data fundamental akan mengubah cara orang dalam menikmati acara live, serta bagaimana mereka mengkonsumsi berbagi konten yang penting bagi mereka. Sebagai permulaan, implementasi dari teknologi ini akan dimulai pada kanal olahraga, fashion dan acara kuliner tahun ini.




Sumber :