Haloo
gais, berjumpa lagi nih ditulisan kecil saya, kali ini tema yang diangkat
adalah IoT atau singkatan dari Internet of Things. Hmm apa sih sebenarnya IoT
ini? Dan bagaimana implementasinyan dalam kehidupan kita sehari-hari? Yukklah
cekidot…
Apa itu Internet Of Things (IoT) ?
Internet of things atau sering disebut IoT adalah sebuah gagasan
dimana semua benda di dunia nyata dapat berkomunikasi satu dengan yang lain
sebagai bagian dari satu kesatuan sistem terpadu menggunakan jaringan internet
sebagai penghubung. Misalnya CCTV yang terpasang di sepanjang jalan dihubungkan
dengan koneksi internet dan disatukan di rung kontrol yang jaraknya mungkin
puluhan kilometer. atau sebuah rumah cerdas yang dapat dimanage lewat
smartphone dengan bantuan koneksi internet. Pada dasarnya perangkat IoT terdiri
dari sensor sebagai media pengumpul data, sambungan internet sebagai media
komuniakasi dan server sebagai pengumpul informasi yang diterima sensor dan
untuk analisa.
Gagasan IoT dikemukakan pertama oleh Ashton pada tahun 1999 ,
berikut kutipan pernyataan nya :
Pada bulan Juni 2009
Ashton berkomentar.
“Hari ini komputer dan
manusia, hampir sepenuhnya tergantung pada Internet untuk segala informasi yang
semua terdiri dari sekitar 50 petabyte (satu petabyte adalah 1.024 terabyte)
data yang tersedia pada Internet dan pertama kali digagaskan dan diciptakan
oleh manusia. Dari mulai mengetik, menekan tombol rekam, mengambil gambar
digital atau memindai kode bar.
Diagram konvensional
dari Internet meninggalkan router menjadi bagian terpenting dari semuanya.
Masalahanya adalah orang memiliki waktu, perhatian dan akurasi terbatas. Mereka
semua berarti tidak sangat baik dalam menangkap berbagai data tentang hal di
dunia nyata. Dan itu adalah masalah besar.
Dari segi fisik dan
begitu juga lingkungan kita. Gagasan dan informasi begitu penting, tetapi
banyak lagi hal yang penting. Namun teknologi informasi saat ini sangat
tergantung pada data yang berasal dari orang-orang sehingga komputer kita tahu
lebih banyak tentang semua ide dari hal-hal tersebut.
Jika kita memiliki
komputer yang begitu banyak tahu tentang semua hal itu. Menggunakan data yang
berkumpul tanpa perlu bantuan dari kita. Kita dapat melacak dan menghitung
segala sesuatu dan sangat mengurangi pemborosan, kerugian, dan biaya. Kita akan
mengetahui kapan hal itu diperlukan untuk mengganti, memperbaiki atau
mengingat, dan apakah mereka menjadi terbarui atau melewati yang terbaik disini
sertan ya!.
Internet of Things
memiliki potensi untuk mengubah dunia seperti pernah dilakukan oleh Internet,
bahkan mungkin lebih baik. (Ashton,2009)[2]
Penelitian pada
Internet of Things masih dalam tahap perkembangan. Oleh karena itu, tidak ada
definisi standar dari Internet of Things.[1] Terdapat juga berbagai definisi yang
dirumuskan oleh peneliti yang berbeda serta tercantum dalam survei.”
Prinsip Kerja
Dasar prinsip kerja perangkat IoT adalah, benda di dunia nyata
diberikan identitas unik dan dapat dikali di sistem komputer dan dapat di
representasikan dalam bentuk data di sebuah sistem komputer.Pada awal-awal
implementasi gagasan IoT pengenal yang digunakan agar benda dapat
diidentifikasi dan dibaca oleh komputer adalah dengan
menggunakan kode batang (Barcode), Kode QR (QR Code) dan Identifikasi
Frekuensi Radio (RFID). dalam perkermbangan nya sebuah benda dapat diberi
pengenal berupa IP address dan menggunakan jaringan internet untuk bisa
berkomunikasi dengan benda lain yang memiliki pengenal IP address.
Cara Kerja Internet of Things yaitu dengan memanfaatkan sebuah
argumentasi pemrograman yang dimana tiap-tiap perintah argumennya itu
menghasilkan sebuah interaksi antara sesama mesin yang terhubung secara
otomatis tanpa campur tangan manusia dan dalam jarak berapa pun.Internetlah
yang menjadi penghubung di antara kedua interaksi mesin tersebut, sementara
manusia hanya bertugas sebagai pengatur dan pengawas bekerjanya alat tersebut
secara langsung.
Perangkat IoT (Embeded device)
Barang apapun dapat dikatakan sebagai IoT Device jika telah
terpasang IoT module /embeded device, IoT Module pada umumnya terdiri dari 4
komponen penting diantaranya :
1.
Sensor
Sensor berfungsi sebagai penerima/pengoleksi informasi tentang apa yang ingin dimonitor, misalnya sensor suhu untuk mendapatkan informasi suhu,kamera,microphone,dll
Sensor berfungsi sebagai penerima/pengoleksi informasi tentang apa yang ingin dimonitor, misalnya sensor suhu untuk mendapatkan informasi suhu,kamera,microphone,dll
2.
CPU/komputer
Komputer di jaman ini tidak harus berbentuk laptop atau tower. khusus untuk membuat perangkat IoT ada perangkat komputer kecil atau sering disebut single board computer seperti raspberry pi aau arduino. perangkat komputer kecil inilah yang diprogram untuk mengolah informasi dari sensor yang tepasang dan menentukan tindakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari sensor.
CPU juga bertugas sebagai pengolah data yang nantinya akan dikirim ke perangkat lain untuk diolah.
Komputer di jaman ini tidak harus berbentuk laptop atau tower. khusus untuk membuat perangkat IoT ada perangkat komputer kecil atau sering disebut single board computer seperti raspberry pi aau arduino. perangkat komputer kecil inilah yang diprogram untuk mengolah informasi dari sensor yang tepasang dan menentukan tindakan berdasarkan informasi yang diperoleh dari sensor.
CPU juga bertugas sebagai pengolah data yang nantinya akan dikirim ke perangkat lain untuk diolah.
3.
Sistem
Operasi
Embeded device untuk perangkat IoT memerlukan
sistem operasi khusus karena perangkat IoT berukuran kecil /portable dan
memiliki spesifikasi yang minim. sistem operasi inilah yang menjadi nyawa dari
perangkat /module/embeded device /perangkat IoT/Module IoT
4.
Jalur
komunikasi
Setelah sensor mengoleksi informasi dan CPU
mengolah dan menentukan tindakan berdasarkan informasi yang diterima maka
perangkat IoT memerlukan jalur komunikasi untuk mengirim data yang telah diolah
nya ke user atau bahkan ke server pusat. media komunikasi disini bisa berupa
bluetooth,wifi , dan untuk mengirim informasi dari tempat yang jauh tanpa
batasan rung dan waktu maka perangkat IoT akan menggunakan media Internet.
5.
Keluaran
Keluaran disini merupakan action dari program yang terpasang di CPU seperti mengirim informasi ke pusat server jika memenuhi kondisi tertentu, atau menggerakan motor ,menyalakan lampu,membunyikan alarm,menampilkan data di layar, dll
Keluaran disini merupakan action dari program yang terpasang di CPU seperti mengirim informasi ke pusat server jika memenuhi kondisi tertentu, atau menggerakan motor ,menyalakan lampu,membunyikan alarm,menampilkan data di layar, dll
Implementasi Internet of Things
dalam Berbagai Bidang
a.
Di Universitas
Rekayasa geoteknik di tingkat
universitas pada saat ini berada di persimpangan antara tetap menggunakan jalur-jalur
tradisional atau mencoba mengadopsi berbagai perkembangan teknologi di luar
bidang ini. Di
salah satu universitas negeri yaitu UI, penelitian tentang rekayasa geoteknik
dikembangkan oleh Guru Besar Fakultas Teknik UI Prof. Widjojo Adi Prakoso. Ilmu geoteknik adalah ilmu tentang
antarmuka (interface) peradaban manusia dan bumi tempat mereka berpijak.
Menurut Widjojo, rekayasa geoteknik biasanya digunakan untuk
membangun ruang di daratan, lautan, ataupun di bawah bumi menggunakan sistem
pondasi dan konstruksi. Dalam pidatonya Widjojo menyampaikan bahwa salah satu
rangkaian teknologi yang berkembang dan memengaruhi rekayasa geoteknik beberapa
tahun terakhir ini adalah rangkaian teknologi the Internet of Things (IoT).
IoT adalah sebuah konsep tentang barang (things) yang
berkembang pada revolusi industri ke-4. Barang dalam konsep ini terhubung
dengan internet dan barang lainnya via sambungan kabel maupun nirkabel, seperti
satelit, jaringan seluler, WiFi, ataupun Bluetooth.“Terhubung” dalam artian
terjadi pertukaran data dan terdapat manfaat dari pertukaran data tadi. Dalam
kaitannya dengan rekayasa geoteknik, IoT memberikan tiga kapabilitas,
yaitu location awareness, enhanced situational awareness,
dan sensor-based decision analytics sehingga kegagalan dalam
rekayasa dapat diturunkan.
Lebih lanjut Widjojo menyampaikan, contoh dari penerapan IoT
ini adalah pencegahan bencana tanah longsor yang berbasis informasi crowdsourcing yang
didukung oleh sensor-sensor elektronik yang terhubung dengan sistem deteksi
dini. Sistem deteksi dini ini akhirnya akan memberikan peringatan kepada
rangkaian transportasi di sekitar lokasi bencana serta dapat digunakan sebagai
alat analisa data untuk mencegah bencana serupa di masa depan. Tantangan dan
peluang dalam hubungan rekayasa geoteknik dan IoT dapat diterjemahkan dalam dua
bidang, yaitu penelitian dan pendidikan. Di bidang penelitian, kata Widjojo,
kesempatan untuk mengembangkan teknologi rekayasa geoteknik sangat besar di UI,
sehingga bisa menempatkan para peneliti Indonesia pada posisi inovator. Namun,
para peneliti harus segera didorong untuk dapat melakukan penelitian lintas
ilmu, karena rekaya geoteknik menggunakan IoT mengharuskan adanya konektivitas
antar ilmu dalam implementasi teknologinya.
Di bidang pendidikan, tantangan utama adalah bagaimana
membangun strategi pembelajaran yang efektif yang sesuai dengan generasi
kekinian yang akrab dengan dunia digital. Kemampuan berpikir para mahasiswa
juga harus dibentuk agar terbuka dengan perkembangan antar ilmu dan tidak hanya
berpusat pada ilmu perhitungan matematika semata. Jadi dapat dikatakan bahwa
pilihan rekayasa geoteknik untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru seperti
IoT banyak membawa ketidakpastian dan pekerjaan rumah dalam implementasinya.
b.
Di Dunia Medis
Studi kesehatan di Amerika Serikat menunjukkan, infeksi telinga
telah membuat anak-anak lebih sering datang ke dokter dibandingkan keluhan
penyakit lain. Dan sekitar 80 persen anak, setidaknya akan menderita infeksi
telinga saat berusia tiga tahun. Bagaimana jika kemudian sebuah aplikasi
di smartphone dapat menjadi “dokter” dari infeksi itu?
Sebuah aksesori bernama Oto Home kini dapat digunakan layaknya
otoskop, alat yang digunakan dokter untuk melihat bagian dalam telinga pasien.
Aksesori buatan CellScope ini dapat digunakan orang tua di rumah, dengan
memasangnya di kamera iPhone. Setelah menangkap video keadaan di kanal telinga
si anak, video dapat dikirim ke dokter lewat e-mail. Dengan biaya yang telah
ditentukan, dokter kemudian mendiagnosa dan memberikan resep obat.
Kehadiran Oto Home menurut pembuatnya lebih kepada ide untuk
menolong keluarga yang tinggal di daerah terpencil, sehingga cepat terhubung
dengan dokter anak. “Kami ingin membawa dokter ke dalam rumah, disamping
kemudahan transaksi perbankan yang sekarang dapat dilakukan di ponsel,” ujar
salah satu pendiri dan CEP CellScope, Erik Douglas.
Lebih Praktikal
Perkembangan Internet of Things (IoT) jelas
sudah menjalar ke segala bidang, tak terkecuali sektor kesehatan yang pada
tahun ini akan semakin terlihat realisasinya. Jim Hunter, Chief
Scientist dan Technology Evangelist dari Greenwave
Systems menyatakan 2016 sebagai tahun transformasi dari IoT yang teknikal
menjadi praktikal dan aplikatif. Oto Home tadi bisa dikatakan contoh
kongkritnya.
Orang awam tentu sudah merasakan transformasi ini lewat berbagai
produk wearable seperti Fitbit atau Apple Watch. Di ajang
Consumer Electronic Show 2016 pada awal tahun ini, para produsen bahkan telah
melangkah lebih lanjut dengan tidak hanya membuat fitness wearable dalam
bentuk jam tangan. Sepatu olah raga Under Armour meluncurkan sneaker Gemini 2
yang telah dilengkapi sensor, sementara produsen pakaian OM menghadirkan
pakaian dalam wanita dengan teknologi serupa.
Dari sebuah laporan yang diterbitkan ECRI Institute, kehadiran
berbagai produk wearable, lewat teknik analisis data yang besar, terbukti
efektif dalam prediksi awal fungsi saraf pasien untuk penyakit Parkinson,
Alzheimer, demensia, cerebral palsy, manajemen pasca stroke otak, hingga
serangan epilepsi. Beberapa wearable juga disebut memiliki
kemampuan mendeteksi ketika pasien kemungkinan telah kejang, jatuh, atau
tremor.
Pantau Jarak Jauh
Dari sisi tenaga medis, kehadiran wearables tentu amat
menjanjikan karena dapat memantau pasien rawat jalan dari jarak jauh, maupun
rawat inap dengan lebih nyaman, sekaligus dapat memberikan lebih banyak data
untuk para dokter. Transparency Market Research pada akhir
tahun lalu sudah memprediksi bahwa pada 2018, lebih dari lima juta wearable dan
sensor kesehatan mobile akan digunakan untuk kepentingan kesehatan, sementara
tren remote patient disebut akan menjadi sebuah revolusi cara
penanganan pasien
Teknologi mengawasi pasien dari jarak jauh dapat menjadi metode
penting untuk mengurangi biaya kesehatan dan mempertebal kemungkinan kesembuhan
pasien. Contohnya, dokter yang menemukan perubahan pada tanda-tanda vital pada
pasien penyakit jantung, dapat mengganti pengobatan sebelum masalah yang lebih
serius datang, sehingga pada akhirnya mereduksi kebutuhan dan biaya ruang
darurat. Dokter pun dapat melacak status kesehatan pasien di rumah, dan
melakukan konsultasi lewat koneksi video call.
Walau perkembangan IoT di bidang kesehatan terus melangkah jauh,
Jim Hunter mengingatkan beberapa kemungkinan tantangan yang harus diantisipasi
semua unsur pengguna. Unsur privasi misalnya, akan menjadi masalah tersendiri.
Jim memprediksi, terganggunya privasi pengguna wearable misalnya,
kemungkinan terjadi karena berbagai kegagalan keamanan dari penyedia IoT. Akibatnya,
yurisdiksi hukum akan mulai memberlakukan aturan yang lebih menguntungkan
privasi konsumen, dengan membatasi perpindahan, analisis, hingga komersialisasi
data kesehatan.
“Saya tidak akan terkejut bila di masa datang akan ada
beberapa class action atau tindakan litigasi pidana dari
pasien atau pihak lain yang bermula dari masalah ini,” ungkap Jim. Benar-tidaknya
prediksi Jim, masa depan IoT di bidang kesehatan terlihat terang-benderang.
c.
Di Dunia HIburan
Internet of Things, tak bisa dipungkiri lagi
telah menjadi daya tarik tersendiri bagi sejumlah sektor industri di luar sana.
Tak hanya mereka yang berkutat dalam industri teknologi saja yang ingin
mengimplementasinya dalam kehidupan nyata, tetapi juga fashion dan hiburan.
WME-IMG, misalnya,
perusahaan entertainment yang berbasis
di Amerika Serikat ini bahkan mengumumkan usaha patungannya dengan AGT Internasional
untuk mengembangkan pengalaman fisik berbasis aplikasi untuk peserta dari
banyak acara live yang mereka hasilkan.
“Internet of Things” digambarkan sebagai harmonisasi digital
dari segala sesuatu yang disentuh, sebagai contoh sebuah perangkat yang mampu
menyalakan oven saat pengguna sedang bekerja, membersihkan lantai si pengguna,
mengunci pintu dari lokasi terpencil, mengendarai kendaraan mereka dan
banyak lagi. Kemitraan baru AGT ini akan menawarkan platform yang terhubung
dengan konsumen pada sebelum, selama dan setelah acara berlangsung.
Dilansir dari Thewrap (23/10), sebuah tweet akan memberitahu
pengguna seberapa cepat jantungnya berdenyut sebelum ia mulai memasuki arena
konser. Data tersebut memungkinkan pihak penyelenggara untuk memberikan promosi
dan hadiah sesuai keadaan yang ada.
Bukan hanya itu, para penghibur di panggung
juga akan mengetahui kapan kiranya para penonton akan ke kamar mandi, dan kapan
waktu yang tepat bagi mereka untuk beristirahat. “Perusahaan consumer dan hiburan telah mengumpulkan wawasan
selama bertahun-tahun, tetapi sangat sedikit dari klien dan mitra kami memiliki
akses ke analisis data yang memungkinkan mereka untuk bertindak tepat dalam
memberikan konten yang relevan dan pengalaman yang lebih baik untuk penonton
mereka,” ungkap Ariel Emanuel, Co-CEO WME-IMG.
Ia juga menambahkan
bahwa kerjasama dengan AGT ini menandai pergeseran sebuah paradigma yang
mengakui bahwa teknologi IoT dan ilmu data fundamental akan mengubah cara orang
dalam menikmati acara live, serta bagaimana
mereka mengkonsumsi berbagi konten yang penting bagi mereka. Sebagai permulaan,
implementasi dari teknologi ini akan dimulai pada kanal olahraga, fashion dan acara
kuliner tahun ini.
Sumber
: